Hepatitis C adalah salah satu penyakit infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Penyakit ini sering disebut sebagai “silent disease” karena gejalanya kerap tidak terasa hingga infeksi berkembang menjadi serius. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mengenali gejala awal serta memahami bagaimana virus ini menyebar.

PAFI BENGKALIS (PERSATUAN AHLI FARMASI INDONESIA) mengajak masyarakat lebih waspada terhadap hepatitis C, terutama karena penyakit ini bisa menimbulkan komplikasi serius seperti sirosis hati hingga kanker hati jika tidak ditangani dengan baik.

Apa Itu Hepatitis C?

Hepatitis C adalah infeksi yang menyerang hati dan dapat berkembang menjadi kondisi kronis. Berbeda dari hepatitis A dan B yang memiliki vaksin, hingga saat ini belum ada vaksin untuk hepatitis C. Namun, pengobatan medis yang tepat bisa menyembuhkan penyakit ini.

Menurut PAFI, hepatitis C bisa berlangsung dalam dua fase, yaitu akut (jangka pendek) dan kronis (jangka panjang). Sebagian besar kasus berkembang menjadi kronis tanpa gejala yang jelas pada awalnya.

Gejala Hepatitis C yang Perlu Diwaspadai

Pada banyak kasus, penderita hepatitis C tidak merasakan gejala apa pun hingga kerusakan hati sudah cukup parah. Namun, ada beberapa tanda yang bisa menjadi indikasi adanya infeksi, antara lain:

  • Mudah lelah dan lesu

  • Nyeri pada perut bagian kanan atas

  • Kulit dan bagian putih mata menguning (jaundice)

  • Nafsu makan menurun

  • Mual dan muntah

  • Urin berwarna gelap

  • Feses berwarna pucat

  • Demam ringan

PAFI mengingatkan bahwa gejala-gejala ini memang mirip dengan gangguan kesehatan lain, sehingga tes laboratorium sangat penting untuk memastikan diagnosis hepatitis C.

Jalur Penularan Hepatitis C

Virus hepatitis C ditularkan melalui darah yang terinfeksi. Berikut ini adalah jalur-jalur penularan yang paling umum:

1. Transfusi darah yang tidak steril

Meskipun saat ini pemeriksaan darah donor sudah sangat ketat, namun di masa lalu, banyak kasus hepatitis C yang disebabkan oleh transfusi darah sebelum tahun 1992.

2. Berbagi jarum suntik

Penggunaan jarum suntik bersama, terutama di kalangan pengguna narkotika suntik, merupakan jalur penularan yang sangat berisiko.

3. Peralatan medis yang tidak disterilkan

Di beberapa tempat dengan fasilitas kesehatan yang tidak memenuhi standar, alat-alat medis yang digunakan berulang bisa menjadi sumber penularan.

4. Tato atau tindik dengan alat yang tidak steril

Melakukan tato atau tindik di tempat yang tidak higienis dan tidak menggunakan alat steril bisa meningkatkan risiko terkena hepatitis C.

5. Ibu ke bayi saat persalinan

Meskipun jarang, penularan dari ibu ke bayi bisa terjadi selama proses melahirkan.

6. Hubungan seksual berisiko tinggi

Penularan melalui hubungan seksual memang jarang terjadi, tetapi tetap mungkin terutama jika ada luka terbuka atau pasangan memiliki infeksi menular seksual lainnya.

Pencegahan Hepatitis C

Karena belum ada vaksin, langkah terbaik untuk mencegah hepatitis C adalah dengan menghindari faktor risiko. PAFI BENGKALIS menyarankan beberapa langkah pencegahan, di antaranya:

  • Tidak berbagi jarum suntik atau peralatan pribadi seperti cukur dan sikat gigi

  • Memastikan peralatan medis atau tato disterilkan

  • Melakukan tes darah secara berkala, terutama jika pernah menerima transfusi darah sebelum tahun 1992

  • Menerapkan hubungan seksual yang aman

  • Menghindari kontak dengan darah orang lain tanpa pelindung

Peran PAFI dalam Edukasi Kesehatan

Sebagai bagian dari PERSATUAN AHLI FARMASI INDONESIA, PAFI BENGKALIS aktif dalam memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat terkait penyakit menular seperti hepatitis C. Melalui kampanye kesehatan, penyuluhan di fasilitas layanan kesehatan, dan kerja sama lintas sektor, PAFI berharap kesadaran masyarakat terhadap penyakit ini semakin meningkat.

PAFI juga mendorong masyarakat untuk tidak takut melakukan pemeriksaan kesehatan, karena deteksi dini adalah kunci utama dalam pengendalian hepatitis C.

Hepatitis C memang berbahaya, tetapi bisa dikendalikan jika dikenali sejak dini. Mengenali gejala awal dan memahami cara penularannya sangat penting untuk melindungi diri dan orang di sekitar kita.

PAFI BENGKALIS mengajak semua lapisan masyarakat untuk peduli terhadap kesehatan hati. Jangan menunggu sampai gejala muncul. Konsultasikan dengan tenaga kesehatan dan lakukan tes jika Anda merasa pernah berada dalam situasi berisiko.

Lebih baik mencegah daripada menyesal di kemudian hari. Bersama PAFI, mari wujudkan masyarakat yang lebih sadar dan peduli terhadap kesehatan.